Rison, petani jagung Desa Lunas Jaya, Kecamatan Tanah Abang, Kabupaten PALI menebas tanaman jagung miliknya untuk makanan sapi.Rison, petani jagung Desa Lunas Jaya, Kecamatan Tanah Abang, Kabupaten PALI menebas tanaman jagung miliknya untuk makanan sapi.

Penukal Abab Lematang Ilir, KOTABARI.COM – Seorang petani jagung di Desa Lunas Jaya, Kecamatan Tanah Abang, Kabupaten PALI, Sumatera Selatan, bernama Rison, mengalami nasib malang akibat banjir yang melanda daerah tersebut. Terendamnya lahan pertaniannya selama hampir dua minggu telah menyebabkan gagal panen, memaksa Rison untuk menebas tanaman jagung yang baru saja mulai berbuah, dengan tujuan menyediakan makanan bagi ternak sapinya.

Rison mengungkapkan bahwa lahan pertaniannya, seluas 2 hektare, terendam banjir akibat meluapnya Sungai Lematang. Kondisi tersebut membuat ribuan tanaman jagung yang sudah mulai berputik dan akan segera berbuah menjadi sia-sia. “Sudah 10 hari, hampir dua mingguan terendam banjir. Kalau sudah terendam banjir seperti ini, tanaman jagung dipastikan gagal panen,” ujarnya dengan sedih.

Melihat kondisi tersebut, Rison memutuskan untuk memanfaatkan tanaman jagung yang sudah tak dapat diselamatkan lagi sebagai pakan ternak sapi miliknya. “Karena banjirnya juga sampai hari ini belum surut, apalagi masih hujan terus. Jadi air sungai meluap sampai sini, ini aja sudah sebatas dada terendam. Jadi lebih baik ditebas saja untuk makanan sapi,” ungkapnya.

Gagal panen ini tidak hanya menyebabkan kerugian emosional bagi Rison, tetapi juga kerugian finansial yang signifikan. Ia memperkirakan kerugian yang dialaminya mencapai lebih dari Rp 15 juta. Biaya tanam jagung, termasuk benih, biaya bajak lahan, dan pupuk kotoran ayam, semuanya menjadi beban berat yang harus ditanggungnya. “Belum untuk pupuk kimia dan juga racun rumput. Jadi bisa-bisa total biaya tanam sampai panen lebih dari Rp 15 juta,” tuturnya.

Meskipun mengalami kegagalan panen yang cukup menyakitkan, Rison menyampaikan bahwa ia hanya bisa pasrah atas situasi yang dialaminya. Ia berharap bahwa ketika banjir surut, ia dapat mengumpulkan modal untuk kembali menanam jagung. Namun, saat ini, kebutuhan modal menjadi kendala yang harus diatasi. “Saya berharap kalau banjir sudah surut, bisa dapat modal lagi untuk mulai menanam kembali. Tapi nanti kalau ada modal, kalau sekarang belum ada modal. Masih harus cari modal dulu,” tukasnya dengan harapan akan keadaan yang lebih baik di masa depan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *